Rabu, 06 Januari 2010
Waspada Tayangan Kekerasan
Televisi menyuguhkan tayangan beragam bagi publiknya. Namun tidak semua tayangan televisi memuat nilai positif. Televisi pun bisa menjadi hantu yang menakutkan bagi anak-anak. Buruknya kualitas acara untuk anak-anak di televisi juga tampak dari hasil pemantauan 100 relawan bandung tv watch yang menyimpulkan bila acara – acara di televisi tidak mengajak masyarakat untuk berpikir dan menambah wawasan pengetahuan, tetapi lebih mengajak masyarakat untuk menghibur diri. Kondisi di atas tentu memberikan pengaruh negatif kepada anak.
Kita coba ingat kasus yang menimpa anak-anak yang menjadi korban atas tayangan buruk televisi. Revino Siahaya, anak berusia 10 tahun, yang bunuh diri akibat meniru gaya dalam film kartun Naruto. Roby Arsadani siswa kelas VI SD tangannya dipelintir dan lehernya dipiting, kemudian kepalanya dihantamkan ke papan tulis, sampai berulang kali oleh temannya, meninggal bulan Desember 2006 atas ulah temannya, Sa, yang menirukan aksi smack down (Sumut). 16 november 2006, siswa kelas 3 SD, Reza Ikhsan Fadillah (9) meninggal dunia, setelah di-smack tiga temannya. Alan Dwi Kurniangga (3,5) yang meninggal pada 16 desember 2006 setelah di-smack down Dya (7), teman sepermainannya yang masih duduk di kelas 1 SD (Malang). Belum lagi kasus anak-anak yang gantung diri, melakukan pelecehan seksual ataupun melakukan kekerasan fisik dan verbal setelah menonton televisi. Kisah tersebut hanya satu dari segelintir contoh aksi yang dilakukan anak akibat tontonan televisi.
Kejadian-kejadian memilukan tersebut adalah sinyal bahwa KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) harus bekerja lebih ekstra lagi mengenai filter tayangan-tayangan televisi yang bermasalah sebelum dampaknya. Terkadang KPI dirasa tidak memiliki taring tajam untuk mengatur tayangan-tayangan seperti ini.
Tayangan kekerasan tak hanya milik smack down. Tayangan sinetron juga mengandung kekerasan ketika terjadi adegan saling tampar antar pemain. Sinetron di tayangkan pada jam tayang keluarga antara pukul 7 sampai 9 malam. Anak tidak bisa menghindar untuk melihat adegan tersebut ketika orang tua sang anak asyik menikmati sinetron tersebut. Nah disini orang tua memiliki peranan yang sangat vital bagi tumbuh kembang anak untuk cerdas dalam memilih tayangan televisi.
Peran Orang Tua
Peran orang tua meminimalkan dampak buruk televisi tak bisa diabaikan. Sikap orang tua terhadap TV akn mempengaruhi perilaku anak. Sebaiknya orang tua lebih dulu membuat batasan pada dirinya sendiri sebelum menentukan batasan bagi anaknya-anaknya. Biasanya saat lelah atau bosan orang tua suka menonton TV. Jadi waktu-waktu yang dipilih adalah waktu-waktu primetime tayangan keluarga di TV.<Orang tua berusaha untuk melakukan aktifitas lain dikala senggang untuk mengenalkan pada anak bahwa ada aktifitas lain yang bisa dilakukan selain menonton TV ketika waktu luang. TV hanya dijadikan sebagai bagian kecil dari keseimbangan anak. Anak-anak memiliki cukup waktu untuk bermain bersama teman-teman, membaca cerita, istirahat, jalan-jalan, dan menikmati kebersamaan bersama keluarga. Hal terpenting adalah anak-anak diikutsertakan dalam membatasi tontonannya sendiri agar anak bisa menjadikan kegiatan menonton TV hanya sebagai piliha bukan kebiasaan. Masalah jenis program yang ditonton sangat penting untuk dipertimbangkan. Pendampingan orang tua pada anak ketika mereka menonton TV sangatlah penting. Kadang ada tayangan yang bisa memberi nilai pean yang baik, namun di dlamnya terdapat pula bahasa yang kurang sopan, dsb.
Orang tua berperan dari internal keluarga. Akan tetapi dari pihak media harus punya agenda setting yang jelas dan mencerdaskan. Tak hanya menyajikan tayangan yang menguntungkan pihak media, namun media punya tanggung jawab atas publiknya akibat tayangan yang disiarkan. Tak ada lagi "kekerasan dalam media".
referensi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbener banget kalau peran orangtua sangat penting..
BalasHapussejauh yang saya tahu tentang kejadian anak2 yang ngikut tontonan Tv tu karena si ortu tidak memebrikan pendampinan pada si anak...
toh terlalu banyak menonton TV juga bakal menyempitkan dunia sosial si anak
wah wah.. jadi inget adeku yang bungsu. terlalu banyak tontonan yg dia liat. emang jarang liat tivi dia. tapi suka liat vcd. sebb dahh... :)
BalasHapusMemang benar, terlalu banyak menonton TV akan mempersempit dunia anak, terutama interaksi dengan lingkungan sosial sekitarnya.
BalasHapusLala, nonton VCD kalo film kartun juga perlu didampingi. Film-film kartun juga ada beberapa yang mengandung unsur kekerasan didalamnya..
BalasHapussemangat untuk mendampingi adek ya :)
kita pun juga masih anak jadi masih butuh bimbingan juga to??:D
BalasHapusDuh kenapa sih masih banyak film yg membahayakan.....??
BalasHapusga pernah kapok yadulu Film Aksi Smack Down dan lainnya kenapa masih banyak film2 yang mengarah pada kekerasan ya?????
capek deh.....????
mang nya anak kita mo jadi preman or tukang palak apa ya.......